Loading...

Mengenal Dimensi pada Foto


Keaslian suasana foto yang kita rekam selama ini ternyata sangat ditentukan oleh bidang dua dimensi. Meski bidang-bidang dua dimensi ini memiliki keterbatasan, tetapi kesan kedalaman ruang pada foto tetap diperlukan, misalnya saat kita merasakan luasnya lautan.
Kehidupan manusia di muka bumi ini memiliki ruang gerak di alam 3 dimensi. Namun saat memotret, kita merekamnya ke dalam bahan 2 dimensi. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mendukung terjadinya dimensi ruang yang dimaksud, yaitu:

Permainan perspektif

Perspektif sendiri ada 2 macam yaitu : Perspektif Aereal dan Perspektif Linear. Perspektif Aereal terjadi karena sifat udara atau alam sendiri. Pernahkah Anda memandang atau bahkan memotret barisan pegunungan atau panorama kota di siang hari? Pada pemandangan seperti ini, nampak bahwa objek terdekat terlihat lebih jelas daripada yang jauh. Sementara semakin jauh objeknya, semakin memudar bentuk dan warnanya. Kejadian seperti ini, lazim disebut dengan Prespektif Aereal.
Pada dasarnya udara adalah 'benda' dan di dalamnya terkandung partikel-partikel kecil, yang membuat udara menjadi lebih padat. Kepadatannya kemudian bagaikan filter yang menghalangi pandangan mata kita. Keadaan ini sangat berlainan dengan hasil pemotretan di luar angkasa, di mana tidak ada udara. Di sana, pandangan objek yang dekat dan jauh sama jelasnya, karena tidak ada tabir apa pun yang menghalanginya.

Perspektif Linear, di sini kita bisa melihat sesuatu yang dekat dengan ukuran yang lebih besar, sementara semakin jauh semakin kecil. Pada senirupa, perspektif linear digambarkan dengan titik hilang. Sementara pada foto, objek yang menggambarkan hal ini secara jelas adalah rel kereta api atau jalan panjang yang semakin menghilang dikejauhan.

Permainan lensa



Efek kedalaman pada foto juga dapat dicapai dengan permainan lensa, seperti:
Pemilihan bukaan lensa (diafragma), untuk mendapatkan ruang tajam (depth of field). Semakin besar bukaan (lubang) diafragma semakin sempit ruang tajamnya, dan sebaliknya.

Permainan lensa vario, yaitu menggunakan lensa zoom untuk teknik zoom-in dan zoom-out. Permainan filter, misal memakai filter center spot. Filter ini memiliki 2 bagian, yaitu bening di tengahnya dan buram di sekelilingnya. Efek blur pada bagian depan objek yang dihasilkan filter ini, memberi kedalaman pada foto.


Permainan terang dan gelap



Dimensi juga dapat diperoleh dengan memainkan cahaya, gelap dan terang. Dari gradasi warna dapat dilihat, bahwa benda-benda yang dekat dengan kita lebih terang warnanya, sementara semakin jauh semakin gelap.

Permainan cahaya



Selain terang dan gelap, pengambilan sidelighting dan backlighting dapat memberikan kesan kedalaman. Cahaya dari sisi atau belakang objek, yang kemudian menimbulkan garis terang (rim light) pada sisi-sisi objek, membuat objek lebih menonjol dan terpisah dari latar belakangnya. Inilah dimensi yang diberikan dari permainan cahaya.

Memberi foreground dan background



Efek ruang dapat pula ditimbulkan dengan memberi objek pendukung pada latar depan (foreground) dan latar belakang (background). Sebagai contoh, dapat kita bandingkan saat memotret laut saja dengan memotret laut dengan tambahan pohon di latar depannya dan gunung di latar belakangnya.
Foto lautan saja akan tampak datar, tanpa dimensi dan suasana. Tetapi dengan foreground dan background, suasana foto menjadi lebih hidup. Banyak cara dapat dilakukan untuk mencapai kesan dimensi ruang seperti yang telah dijelaskan. Kini tinggal kejelian fotografer memanfaatkan objek yang ada disekeliling, untuk mencapai maksudnya.



Format Lain
Disamping dimensi, masih ada format lain dalam fotografi masing-masing, format horizontal dan format vertikal. Format horizontal kerap dipakai saat kita memotret dengan kamera SLR 135 mm. Karena rancang bangun kameranya yang juga horizontal, format ini kemudian lebih mudah "dibaca" dan diterima banyak orang.
Tak bisa dipungkiri memang, kalau penganut format horizontal ini mendapat beberapa kelebihan dalam karya fotonya. Umumnya mereka membawa kesan tenang, kalem, damai, luas dan kompak. Tapi bukan berarti format vertikal merupakan pilihan alternatif yang kurang berdayaguna. Apabila format ini didayagunakan secara efektif, pandangan kita pun akan berubah. Itupun kalau kita telah menyejajarkan kedua format itu secara seimbang.

Dalam penulisan kali ini, kita akan mengulas format vertikal daripada format horizontal yang lebih umum dikuasai. Cara paling efektif melatih diri untuk format vertikal ini adalah kita dapat menyimulasi diri, sebagai berikut :

Berdirilah beberapa langkah dari pintu sebuah ruangan. Dengan sudut pandang yang sempit Anda hanya melihat bagian per bagian dari isi ruangan tersebut. Begitu pun kalau Anda melangkah lagi ke pojok kiri atau pojok kanan ruangan.

Semua objek yang terlihat melalui bingkai pintu menunjukkan ciri personal yang kuat dan dapat Anda rasakan. Dengan kata lain, sudut pandang yang sempit memaksa kita memilih subjek pemotretan, baik yang berkesan tinggi, agung, kuat, kokoh bahkan angkuh.

Sudut pandang yang sempit dan luas, sebelum dan sesudah bingkai pintu, keduanya memberi nilai-nilai kontradiktif. Namun lebih bijaksana lagi, kalau kita memakai dua format yang berbeda pada masing-masing format daripada hanya menduga-duga hasil format mana yang lebih baik untuk mengirit pemakaian film. Nilainya jelas tidak setara dengan kesempatan dan biaya perjalanan yang Anda keluarkan.



Identifikasi

Mengidentifikasi bidang vertikal dalam foto sebenarnya tidaklah sulit. Sesudah garis cakrawala, bidang vertikal atau citra tembok itu pasti bidang vertikal juga. Mengatur ketinggian sebuah bidang vertikal dalam pemotretan juga tergantung pada tinggi rendahnya kita berada. Biasanya personal fotografer lansekap yang piawai senang mengolah sudut pandangnya. Mulai dari berdiri, jongkok atau tiarap. Dan tak kalah penting adalah memainkan distorsi-perspektif kedalaman pandang dengan lensa sudut lebarnya (mengangkat atau menurunkan arah kamera).
Dalam format horizontal, misalnya foto bebatuan di pantai Anda bisa rekam dengan membuang bidang vertikal/garis cakrawala yang biasanya mengisi sepertiga bagian ruang foto. Maksudnya ini untuk meredam persaingan batu coklat yang agak besar mengkilat di garis cakrawala dengan objek utama kelompok bebatuan di depan bingkai. Mengandalkan perbandingan ukuran bebatuan sebagai perspektif dan kedalaman ruang ketajaman visual memang tercapai tapi kurang greget.

Memutar bingkai menjadi format vertikal untuk menghasilkan foto yang greget masih harus diimbangi dengan tinggi rendahnya posisi pemotretan. Untuk itu, kita perlu menurunkan arah lensa 19 mm. Tujuannya, agar batu utama (lancip) sedikit membesar (distorsi) sedang batu kecil bulat di depan sedikit menjauh darinya. Batu mengkilat di garis pantai yang mengecil karena distorsi (penyimpangan), menolong komposisi secara keseluruhan.



BY : RONY SIMANJUNTAK

0 komentar:

Post a Comment

 
TOP